Seberapa Dekat Kita dengan Gadget?



Perkembangan teknologi memang berjalan begitu pesat. Tentu, sebagian dari kita mungkin masih ingat dengan gadget (read: handphone) pertama kali muncul dengan fitur yang hanya mengandalkan "yang penting bisa untuk SMS dan telpon". Sepertinya hal itu terjadi belum terlalu lama untuk kita ketahui. Lalu, bagaimana dengan sekarang? 


Indonesia sudah memasuki era industri 4.0, itu artinya teknologi sudah semakin pesat perkembangannya, hingga bermunculan berbagai istilah yang menggambarkan kondisi saat ini, baik dari segi teknologi maupun segi generasi. 

Gadget bukanlah sebagai sesuatu yang wah untuk dimiliki, bahkan beberapa orang sudah menetapkan gadget sebagai kebutuhan yang pokok dalam hidupnya. Layar kotak itu telah mampu menghipnotis banyak orang untuk selalu bergantung dengannya. Memang, banyak hal positif yang bisa kita ambil dari fenomena ini, salah satunya adalah mendekatkan seseorang yang jauh. Cukup dengan klik send, maka seketika itu pesan kita sudah meluncur ke tempat orang yang kita tuju, sekalipun berbeda negara. 

Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kelompok milenial berusia 20-35 mencapai 24 persen atau 63,4 juta dari penduduk kategori usia produktif (14-64) yang jumlahnya adalah 179,1 juta jiwa (67,6 persen). Generasi milenial adalah para penikmat pada fenomena ini. Kehidupan dengan serba internet, mampu merubah pola hidup manusia menjadi serba instan. Internet sudah menjadi kebutuhan yang sangat krusial untuk dipenuhi pada setiap harinya. Bahkan, hasil survei bertajuk Indonesia Millennial Report 2019 menunjukkan, 94,4 persen milenial Indonesia telah terkoneksi dengan internet. Hingga memunculkan postulat bahwa kebutuhan dasar generasi millenial adalah Sandang, Pangan, dan Colokan. Hal ini telah memberikan perubahan pada pola hidup manusia yang sangat signifikan.

Selain itu, survei yang dilakukan selama 3 minggu oleh IDN Research Institute bekerjasama dengan Alvara Research Center terhadap 1400 generasi milenial, yakni anak muda yang berusia 20-35 tahun di 12 kota besar Indonesia. Sampel pada survei itu diambil secara random dari berbagai jenjang pendidikan, gender, status sosial, status ekonomi, dan profesi. Hasilnya memperlihatkan, 45 persen junior milenial, yakni yang berusia 20-27 tahun mengakses internet baik melalui desktop maupun ponsel handphone selama 4-6 jam sehari. Sedangkan senior milenial yang berusia 28-35 tahun sebanyak 49 persen. 

Kemudian, ada sebanyak 13,4 persen senior milenial dan 6,5 persen junior milenial yang mengakses internet selama 7-10 jam sehari. Bahkan junior milenial yang menghabiskan waktu lebih dari 11 jam untuk menggunakan internet mencapai 9,6 persen. Sedangkan senior milenial hanya 5,2 persen. Hal ini menjadi suatu fenomena bagi sejarah peradaban bangsa Indonesia, khususnya terhadap para generasi milenial. Dengan hasil survei di atas, maka dapat kita ketahui bahwa mayoritas genarasi milenial Indonesia sudah mengalami kecanduan dan ketergantungan terhadap internet. Dampaknya, bisa saja kehidupan para generasi milenial terkurung dalam dunia layar kotak. Padahal, dunia sosial di lingkungan sekitar juga harus mereka kuasai. 

Internet, begitu banyak memberikan dampak positif bagi user yang mampu menggunakannya dengan bijak, namun tak jarang memberikan dampak negatif yang juga tak ketinggalan banyak. Waktu berjam-jam yang mereka habiskan di depan layar kotak di siang hari terkadang masih belum cukup bagi mereka hingga ada yang rela lembur-lembur sampai larut. Parahnya, ada hasil survei sebanyak 79 persen milenial diketahui membuka ponsel 1 menit setelah bangun tidur. Sungguh sangat luar biasa pengaruh dari internet. 

Seberapa lama kita di depan layar kotak dan berkecimprung di dunia maya, menjadikan beberapa orang mulai untuk membaca karakter seseorang. Seperti survei yang dilakukan oleh Indonesia Millennial Report 2019 yang memiliki tujuan untuk memahami karakter dan perilaku millennial. 

Seberapa berat pengaruh internet terhadap manusia, semoga pemikirian akan semakin bijak dalam mennyikapi dunia. Sehingga, diharapkan pemikiran bijak para kaum milenial menjadi dasar untuk menyusun strategi dan mendorong menjadi roda penggerak semakin majunya ekonomi Indonesia ditahun 2045 dengan pendapatan tinggi.


Sumber: 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Matematika di India

Matematika sebagai Ilmu Deduktif

Hilangkan Baper