MATEMATIKA ISLAM (Part I)
A.
PERKEMBANGAN
MATEMATIKA ISLAM
Sejarah
perkembangan matematika islam atau di negara-negara Arab bermula pada masa
kejayaan islam yaitu pada abad ke-7 yang meliputi wilayah Timur Tengah, Turki,
Afrika Utara, Cina, dan sebagian wilayah Spanyol, dan Eropa. Matematika di negara negara Arab berkembang
mulai dari abad ke-8 hingga abad ke-12. Pada tahun 750 yaitu pada permulaan
pemerintahan khalifah-khalifah Bani Abbas, bangsa Arab mengejar ketinggalannya dalam bidang ilmu
pengetahuan. Mereka mulai menggali ilmu
pengetahuan baik yang terkandung dalam bumi Arab sendiri, maupun yang
berasal dari luar Arab. Hal ini termasuk mulai mempelajari astronomi, konsep-konsep filsafat, ilmu
kedokteran, matematika dan ilmu pengetahuan lainnya dari Yunani, India,
Mesir, Babylonia, dan lain-lain. karya ilmu pengetahuan klasik Yunani dan India
dibawa ke Baghdad, ibu kota kekhalifahan Arab Timur, kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat menguntungkan sekali bagi perkembangan sejarah
matematika, karena hampir seluruh karya ahli matematka Yunani kuno tidak dapat
ditemukan lagi, yang tinggal sekarang hanyalah terjemahan dari karya-karya ini
dalam bahasa Arab. Pada masa pemerintahan ini, terdapat masa tiga khalifa
terkenal, Al Mansur, Harun Al Rasyid,
dan Al-Makmun. Kota Baghdad menjadi pusat pengembangan matematika dan
ilmu pengetahuan alam lainnya menggantikan kedudukan kota Alexandria pada zaman Yunani. Adapun mereka belajar ilmu
pengetahuan matematika dengan cara menterjemahkan karya-karya mathematician
yang berasal dari luar Arab ke bahasa Arab.
Pada
masa pemerintahan khlifah Al Mansyur (754-779), karya-karya ahli matematika
Hindu Brahmagupta yang berisi tentang astronomi dan juga matematika dibawa ke
Baghdad. Kemudian khalifah Al-Mansyur memerintahkan untuk menterjemahkannya
kedalam bahasa Arab. Sedangkan pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid
(786-808) dilanjutkan lagi menterjemahkan karya-karya Yunani kuno, diantaranya
termasuk karya Euclid, Element.
Khalifah Harun Al-rasyid ini adalah seorang khalifah yang sangat mendukung
usaha memajukan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan bangsa Arab. Pada
masa pemerintahan khalifah Al-Makmun (809 – 833) ini dilanjutkan lagi
penterjemahan selanjutnya buku elements
Euclid, serta diterjemahkan pula
karya Ptolemy “Almagest”. Selain itu, pada masa khalifah Al-Makmum ini
membangun “Baitul Hikmah” yaitu perpustakaan yang juga digunakan untuk kegiatan
menterjemahkan karya-karya asing di luar Arab. Adapun beberapa ahli yang
menajdi staf pengajar di perpustakaan ini adalah sarjana-sarjana dari bangsa
Arab dan juga di luar Arab, seperti Persia, Syria, Messopotamia, dan lain-lain.
Di antara sarjana-sarjana yang bekerja di tempat it, terdapat sarjana islam
terkenal yang juga sebagai staf pengajar yaitu Al Khawarizmi.
Al-Khawarismi yang berkontribusi pada
abad ke-9 menulis lebih dari setengah lusin karya tentang matematika dan
astronomi. Dua karya Al Khawarismi yang sangat terkenal dan memiliki
peran yang penting dalam perkembangan sejarah matematika adalah karyanya
mengenai aritmatika dan aljabar. Salah satu karya Al-Khawarismi yang dapat
diselamatkan adalah bukunya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa latin yaitu
buku tentang seni berhitung Hindu atau system numerisasi Hindu yang mana karya
aslinya dalam bahasa Arab tidak ditemukan lagi. Selain karya tersebut, ada pula
karya Al-Khawarismi di bidang aritmatika yaitu mengenai teknik penyelesaian
aljabar. Akibat dari kontribusinya dalam bidang aljabar yang sangat berpengaruh,
Al-Khawarismi disebut sebagai bapak aljabar.
Walaupun sebelumnya telah mengenal Diophantus yang lebih dahulu disebut
sebagai bapak aljabar, aljabar yang dipelajari di sekolah-sekolah hingga
sekarang adalah aljabar yang Al-Khawarismi. Perbedaan yang nyata antara
aljabar Al-khawarismi dengan aljabar Diophantus adalah:
- Aljabar
Al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.
- Aljabar
Al-khawarismi seluruhnya retonik, dimana tidak satu pun sinkopasi dari
Diophantus maupun Brahmagupta. Bahkan bilangan dalam aljabar Al-khawarismi
dituliskan dengan kata-kata, bukan dengan lambang.
Hasil kerja al-Khawarizmi menjadi penting karena
merupakan notasi yang pertama kali menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai
dengan 9, 0 dan pola nilai penempatan. Karya ini masih dilengkapi pula dengan
aturan-aturan yang diperlukan dalam bekerja dengan menggunakan notasi bilangan
Arab dan penjelasan tentang empat basis operasi perhitungan, yaitu penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Di antara notasi bilangan Arab yang
diperkenalkan oleh al-Khawarizmi, tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan
notasi nol digit. Meskipun notasi nol disimbolkan dengan sebuah ruang kosong
dalam satu rangkaian angka, benda dengan bentuk lingkaran kecil ini merupakan
salah satu temuan matematika yang terbesar. Notasi nol juga membuka jalan bagi
konsep penulisan bentuk positif dan negatif dalam aljabar. Setelah
diperkenalkan oleh al-Khawarizmi simbol notasi nol dikenal secara luas dengan
digunakan 250 tahun dalam dunia Islam sebelum bangsa Eropa datang dan mengenal
simbol tersebut.
Masih pada abad ke-9 terdapat ahli
matematika lain yang juga ikut berkontribusi besar dalam perkembangan sejarah
matematika, yaitu Thabit ibn-Qurra. Thabit ibn Qurra lahir
pada 836 Masehi dan meninggal di tahun 901 Masehi. Thabit ibn-Qurra adalah
mathematician Arab yang juga seorang fisikawan ternama yang memberikan
konstribusinya juga dalam bidang
aljabar. Thabit ibn-Qurra bukan hanya ahli dibidang matematika, tetapi
juga menguasai dengan baik bahasa Arab, Yunani, dan Syria. Oleh karena itu, Thabit
ibn-Qurra ini akhirnya mendirikan sekolah penerjemah yang mana bekerja sama
dengan ahli-ahli penerjemah lainnya yang berasal dari negara-negara di luar
Arab. Menulis juga merupakan keahlian Thabit ibn Qurra. Kurang lebih 150 karya
telah Thabit ibn Qurra tulis. Salah satunya berjudul “Book on the Determination
of Amicable Number”. Buku tersebut berisi mengenai permbelajaran dari bilangan. Terdiri dari 10 proporsi yang salah
satu diantaranya adalah mengenai bilangan amicable atau bilangan sekawan.
Ahli matematika lain yang juga berkontribusi dalam
sejarah perkembangan matematika pada abad ke-10 hingga ke-11 yaitu Al-Karkhi. Al-Karkhi
adalah salah satu ahli matematika muslim yang terkenal dalam bidang aljabar
selain fokusnya pada bidang aritmatika. Karyanya yang berjudul “Al-Fakhri fi
al-Jabr” merupakan warisan yang berisi ilmu aljabar. Pembelajaran Alkharki
lebih banyak mendalami tulisan tulisan
Diophantus. Sebelumya karya karya
Diophantus ini telah diterjemahkan oleh Abul Wefa ke dalam Bahasa Arab.
Selanjutnya,
perkembangan matematika pada abad selanjutnya oleh Omar Ibn Ibrahim Al-Khayyami
yang lebih dikenal dengan nama panggung Omar Khayyam. Itulah salah seorang
matematikawan serta seorang pujangga yang dikenal dunia berasal dari Persia.
Salah satu karya fenomenalnya adalah buku Rubayyat. Pembicaraan dalam karya matematika Omar Khayyam lebih
banyak mengenai persaman aljabar.
Termasuk juga persamaan aljabar pangkat
tiga. Omar juga aktif menyelesaikan persaman aljabar pangkat dua dan beberapa penyelesaian aritmatika
hingga persaman geometri. Pada awalnya Omar beropini bahwa persamaan pangkat
tiga tidak bisa dicarikan solusi dengan penyelesaian
Aritmatika. Namun, opini tersebut telah terbukti salah pada abad ke 16.
Akan tetapi, Omar Khayyam tetap memberikan kontribusi untuk menyelesaikan
persamaan tersebut dengan geometri.
Disamping itu, Omar Khayyam tak pernah menemukan dan memperkenalkan rumus umum
dalam penyelesaian persamaan pangkat
tiga. Tetapi, sumbangsih Ommar Khayyam sangat nyata dalam memberi teknik
dalam penyelesaian 13 jenis persamaan
pangkat tiga.

Komentar
Posting Komentar