PERKEMBANGAN ALJABAR
A.
PERKEMBANGAN ALJABAR PADA MATEMATIKA ISLAM
Kontribusi
yang paling penting dari para matematikawan islam adalah pada ranah aljabar.
Aljabar pada masa sejarah Islam adalah gabungan dari konsep yang dikembangkan
oleh matematikawan Babilonia dengan konsep geometri yang dikembangkan oleh
matematikawan Yunani. Para pelajar Islam menggunakan bukti geometris untuk
memecahkan masalah aljabar matematika. Geometri yang ditemukan dalam teks-teks
Yunani bukanlah aljabar, oleh karena itu, para pelajar Islam umumnya membangun
pengetahuan mereka sendiri dalam membenarkan atau membuktikan aturan aljabar,
baik yang Babilonia kuno maupun yang baru mereka temukan sendiri, dan
membuktikan aturan temuan-temuan mereka dengan menggunakan konsep geometri.
1. Aljabar al-Khwarizmi dan ibn Turk
Salah satu teks aljabar Islam paling
awal, ditulis sekitar tahun 825 oleh al-Khwarizmi, berjudul Alkitab al-muhtas.ar fi hisab al-jabr
wa-l-muqabala (Publikasi Buku pada Perhitungan al-Jabr dan al-Muqabala)
, sebuah buku yang akhirnya memiliki pengaruh yang lebih dari pekerjaan ilmu
hitung nya. Istilah al-jabr dapat
diterjemahkan sebagai "memulihkan" dan mengacu pada operasi
"mengubah" kuantitas dikurangi di salah satu sisi persamaan ke sisi
lain di mana ia menjadi kuantitas menambahkan. Kata al-muqabala dapat diterjemahkan sebagai "membandingkan"
dan mengacu pada pengurangan istilah positif dengan mengurangi jumlah yang sama
dari kedua sisi persamaan. Dengan demikian, konversi 3 + 2 = 4 - 2 sampai 5 + 2
= 4 adalah contoh dari al-jabr,
sedangkan konversi yang terakhir untuk 5 = 2 adalah contoh dari al-muqabala. Kata "aljabar"
adalah istilah atau pengucapan yang tidak sempurna dari bahasa Arab, al-jabr. Ketika al-Khawarizmi bekerja
dan risalah atau karya tulis lain yang sejenis diterjemahkan ke dalam bahasa Latin,
tidak ada terjemahan yang dibuat dari kata al-jabr,
sehingga ilmu ini dinamakan aljabar.
Di dalam bukunya, Al-Khawarizmi tidak
menggunakan simbol sama sekali namun menggunakan kata-kata dalam menjelaskan
setiap contoh atau permasalahannya. Dia kemudian mencatat bahwa ada enam jenis
persamaan yang dapat ditulis:
1. Kuadrat sama dengan akar (ax2 = bx).
2. Kuadrat sama dengan bilangan (ax2 =
c).
3. Akar sama dengan bilangan (bx = c).
4. Kuadrat dan akar sama dengan bilangan
(ax2 + bx = c).
5. Kuadrat dan bilangan yang sama dengan
akar (ax2 + c = bx).
6. Akar dan bilangan sama dengan kuadrat
(bx + c = ax2).
Salah satu alasan untuk klasifikasi
diatas tidak menggunakan angka negatif sama sekali. Koefisien, serta akar
persamaannya, harus positif. Contoh jenis-jenis persamaan diatas adalah
persamaan-persamaan dengan hasil solusi selalu positif. (Katz, 2009: 272)
2.
Aljabar
Polinomial Al-Karaji, al-Samaw’al
Al-Karaji dan Al-Samawal menunjukan
bahwa teknik atau aturan pada ranah aritmetika dapat diaplikasikan pada ranah
aljabar, begitu pula aljabar dapat diaplikasikan dalam ranah aritmetika. Dari
pendapat tersebut yang dikembangkan pada aljabar menjadi penting dalam masalah
yang berhubungan dengan bilangan.
Al-Karaji mengembangkan metode suku
banyak dan kebalikan atau lawannya.
Setiap pangkat didefinisikan secara rekursif sebagai x kali pangkat sebelumnya.
Seperti pada proporsi barisan tak hingga berikut:
Ketika
kita sudah memahami pangkatnya, al-Karaji bisa menetapkan prosedur umum untuk
menambahkan, mengurangi, dan mengalikan monomials dan polinomial. Dalam konsep
pembagian, ia hanya dapat menggunakan monomials sebagai pembagi. Mengapa
demikina? Hal tersebut adalah karena Al-Karaji tidak dapat menggabungkan aturan
untuk angka negatif ke dalam teorinya dan sebagian semuanya diekspresikan
secara verbal. Meskipun demikian, beliau juga
mengembangkan sebuah algoritma untuk menghitung akar kuadrat polinomial
yang hanya berlaku dalam keadaan terbatas. (Katz, 2009: 279)
Tidak
hanya Al-Karaji, Al-Samawal pun memberikan kontribusinya pada aljabar
matematika, yaitu mengenalkan koefisien
negatif melalui bukunya yang berjudul Al-Bahir
fi’l-h. isab (The Shining
Book of Calculation)
ketika Al-Khawarizmi pada pembahasan sebelumnya dikatakan belum menggunakan
koefisien negatif tersebut.
Didalam
bukunya dijelaskan
“Jika kita mengurangi sebuah bilangan positif
dari sesuatu yang kosong (nol), maka akan bersisa negatif dari bilangan yang
sama.”
Dalam notasi modern
dituliskan 0 - a = -a
Kemudian dilanjutkan
“... jika kita mengurangi bilangan negatif
dari sesuatu yang kosong (nol), maka bersisa bilangan positif yang sama”
Dan dalam notasi modern
dituliskan 0 - a =-a.
Selain mengenalkan
bilangan koefisien negatif, dikenalkan pula Aturan Tabel Eksponen seperti
berikut:
Dari
susunan angka dan bilangan diatas, Al-Samawal dapat menggunakannya untuk
menjelaskan aturan—aturan eksponen. Didalam Kats (2009: 281) dijelaskan bahwa
“Jarak dari urutan perkalian dari dua faktor dari urutan satu dari dua faktor
ini sama dengan jarak dari urutan faktor lainnya dari unit. Jika faktor berada
di arah yang berbeda maka kita hitung (jarak) dari urutan faktor pertama menuju
unit; tetapi, jika mereka berada di arah yang sama, kita hitung jauh dari
unit.” Contohnya adalah untuk mengalikan
dengan
,
hitunglah empat baris ke kiri dari kolom 3 dan kita mendapatkan hasilnya adalah
.
Dengan
menggunakan aturan tersebut maka Al-Samawal dengan mudah dapat menjelaskan
perkalian polinomial maupun pembagian polinomial dengan monomial. Namun yang
membedakan dengan Al-Karaji yang hanya dapat melakukan pembagian dengan
monomial, Al-Samawal dapat melakukan pembagian polinomial dengan polinomial
menggunakan aturan pada gambar diatas tersebut. (Katz: 2009)


Komentar
Posting Komentar