Kiat Menumbuhkan Sikap Optimis Anak

SAHABAT KELUARGA – Optimisme merupakan salah satu keyakinan (prasangka) yang baik dalam menghadapi berbagai hal. Orang yang mempunyai sikap optimis akan lebih berani dalam mengahadapi berbagai masalah dan persoalan. Sikat optimis penting ditanamkan kepada anak, agar mereka tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai persoalan dalam hidupnya. Anak yang memiliki sikat optimis akan mampu mengendalikan perasaan stresnya, sehingga anak tidak mudah depresi atau tertekan. Oleh karena itu peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan sikat optimis pada anak sejak dini. Hal-hal berikut bisa membantu tumbuhnya rasa percaya diri atau optimisme pada anak. Pertama, menerapkan pola asuh positif dan penuh kasih sayang. Pola asuh merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi karakter sorang anak dalam tahap perkembangan emosional dan mental. Tunjukkan rasa kasih sayang dan perhatian sebagai orang tua secara proporsional dengan memberinya kepercayaan untuk tidak selamanya bergantung pada orang tua. Anak yang memiliki rasa percaya diri akan lebih berani dalam menghadapi tantangan dan pengalaman baru dalam hidupnya. Kedua, memberikan contoh yang baik. Sifat dan sikap anak merupakan cerminan dari orang-tuanya. Anak cenderung meniru sifat dan perilaku serta ucapan orang-tuanya. Ketika orang tua memberikan citra buruk kepada anak dengan bersikap pesimis, maka hal tersebut akan dicontoh dan anak akan tumbuh menjadi orang yang tidak percaya diri. Orang tua harus menunjukkan sifat optimis, karena apa yang dilihat dan dirasakan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarganya, akan membekas sampai mereka tumbuh dewasa. Ketiga, melatih anak untuk bisa menentukan pilihan sendiri terhadap mainan, makanan, minuman, atau pakaian dengan memberikan bimbingan dan memperkenalkan segala resiko, baik dan buruknya. Keempat, membolehkan mereka melakukan kesalahan. Jadi jika anak salah, tidak perlu dimarahi. Kalau setiap kali anak salah selalu dimarahi, ia tidak akan percaya diri dan selalu takut melakukan atau mencoba sesuatu yang baru. Kelima, berikan juga penghargaan (reward) untuk hasil atau prestasi yang telah dicapai anak. Memberikan penghargaan atau hadiah atas hasil kerja kerasnya mendapatkan prestasi di sekolah, membuat anak terdorong untuk lebih baik lagi dan optimis. Keenam, orang tua dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak dengan memperkenalkan dan menyebutkan namanya di depan perkumpulan orang dewasa serta mengungkapkan prestasi atau keunggulannya secara proporsional (tidak berlebihan). Ketujuh, beri kepercayaan pada anak, misal memberi tanggung jawab, memelihara hewan, memberi tugas membeli sesuatu, atau mengajaknya mencuci kendaraan. Kedelapan, libatkan anak dalam kegiatan ibadah, misal mengajak ke rumah ibadah seperti masjid atau gereja atau wihara atau pura. Berikan kesempatan anak untuk berpuasa, meskipun hanya beberapa jam. Kesembilan, jika anak masih tidak percaya diri, karena ada temannya yang mengolok kekurangannya, misal si anak berkulit hitam. Maka orang tua bisa mencontohkan orang hebat yang berkulit hitam, “Nak kamu tahu nggak, Muhammad Ali. Dia itu sering menjadi juara tinju dunia kelas berat lo. Dia itu kuat, karena kulitnya hitam." Jadi berikan contoh orang-orang hebat yang mirip dengan kekurangan anak kita. Dan beritahu juga kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Kesepuluh, beri pemahaman kepada anak tentang kasih sayang dan kemahakuasaan Tuhan YME, sehingga anak merasa bahwa ada Tuhan yang akan menolong dan membantunya dari segala kesulitan. Maka dari itu berilah dorongan yang positif kepada anak secara terus menerus, sehingga ia kelak tumbuh menjadi orang yang lebih percaya diri. Saat rasa percaya dirinya telah melekat, maka secara otomatis ia juga akan menjadi orang yang selalu optimis dalam hidupnya. Semoga bermanfaat. (Sri Wahyuni, tenaga kependidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak-Kalimantan Barat)


 Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=3986


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Matematika di India

Matematika sebagai Ilmu Deduktif

Hilangkan Baper