Jadilah Guru yang Tidak Biasa-Biasa Saja


Foto bersama Dr. Djamilah Bondan Widjajanti, M.Si sebagai pengampu
mata kuliah Psikologi Belajar Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta
(Guru yang Tidak Biasa Biasa Saja)
Menjadi seorang pendidik, tidaklah mudah. Menguasai materi adalah suatu hal mutlak untuk dimiliki oleh seorang guru, ucapnya. Lalu apalagi yang harus kita kuasai? Ya, murid tentunya. Sebagai seorang guru, kita bukan memaksakan diri kita untuk pintar ilmu secara pribadi, namun adanya usaha untuk bagaimana mengemas ilmu tersebut untuk disampaikan secara tepat.

Lalu, akan kita mulai darimana ketika ilmu materi sudah kita punya sebagai modal?

Kita mulai dari belajar bagaimana siswa itu belajar. Memposisikan diri kita sebagai murid memanglah jalan yang terbaik yang diambil saar proses bagaimana siswa menerima ilmu tersebut. Tidak mudah memang, karena karakter siswa begitu beragam, kecerdasan siswa pun beragam (multiple intelligence). Akan banyak sekali peran yang kita sandiwarakan sebagai siswa. Sayangnya, itu semua harus guru sandiwarakan di depan para siswa tanpa ada satu pun siswa yang tahu.

Memulai bagaimana kira-kira siswa menangkap ilmu pertama kali, kedua kali, selanjutnya, dan seterusnya. Bagaimana mereka mengelola pikirannya (metakognition), bagaimana kepercayaan (belief students) yang mereka bangun semenjak guru memiliki kepercayaan (belief teacher) untuk menjadi seorang pendidik. Pernahkah mereka tidak nyaman dengan suasana belajar yang guru ciptakan? Pernahkah mereka ketakutan sebelum mereka mengenal ilmu? 

Sekali lagi, memang rumit, karena ada banyak sekali hal yang harus dipaksa untuk dimengerti, namun belajar adalah proses yang tidak berujung sehingga kita akan menemukan sesuatu hal yang baru dari setiap proses yang kita jalani. Tidak ada yang terlalu mudah, namun juga tidak ada yang terlalu sulit, semua bisa dikerjakan, ucpanya. Terlebih dengan hati yang ikhlas.

Layaknya falsafah guru dalam bahasa jawa, guru digugu lan ditiru, di mana panggung pentas adalah sabagai topeng sekaligus cermin. Menjadi topeng sesosok yang dilihat untuk kemudian menjadi suri tauladan ditiru. Lalu, menjadi cermin bagi diri sendiri bahwa untuk menjadi baik tidaklah etis jika dilakukan dengan membohongi diri sendiri. Tantangan untuk menepiskan pencitraan dari sebuah proses "menuju baik". Rasanya, memang sangat pas dengan pendidikan yang sedang digembor-gemborkan saat ini. Iya, pendidikan karakter. Semakin greget saja bahwa tugas guru memang bukanlah hanya sekedar menyampaikan ilmu (transfer of knowledge). Bukan juga hanya pemberi ilmu, tapi pendidik.

Iya, sangat banyak sekali kerumitan-kerumitan yang menjadi PR hidup seorang guru. Mulai dari kerumitan guru dengan segala macam administrasinya hingga kerumitan siswa dari A ssampai Z. Tapi, proses yang baik juga akan menghasilkan proses yang baik pula, bukan? Kuncinya ikhlas. Lakukan dengan sepenuh hati untuk menjadi guru yang tidak biasa-biasa saja.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Matematika di India

Matematika sebagai Ilmu Deduktif

Hilangkan Baper